Generasi orang tua kita dibesarkan dengan budaya di mana ayah seringkali tidak ada. Tugas utama seorang ayah adalah mencari nafkah sebanyak-banyaknya. Waktu yang hanya sedikit yang dihabiskan ayah di rumah, digunakan untuk melakukan hal-hal lain selain mengurus anak. Hasil penelitian masa kini justru menunjukkan sebaliknya dan menuju ke arah yang berbeda: peran ayah di rumah sama pentingnya dengan peran ibu.
Ayah, Si Tukang Pijat
Anak saya yang pertama senang dipijat. Gayung bersambut, saya termasuk orang yang senang memijat. Situasi yang menguntungkan bagi kami karena di sini ada penawaran dan ada permintaan. Hampir setiap malam sebelum tidur, kami menghabiskan waktu 30 menit untuk bonding melalui sesi pijat. Sesi pijat ini berhasil mengubah otak anak saya yang masih dalam keadaan aktif menjadi rileks, membuat ia siap untuk tidur. Baru-baru ini saya menemukan bahwa ternyata sesi pijat seperti ini, dan interaksi melalui sentuhan antara orang tua dan anak pada umumnya, memiliki peran yang penting dalam perkembangan anak.
Riset Sentuhan pada Binatang
Sebuah percobaan dilakukan oleh Harry Harlow di University of Wisconsin di mana bayi-bayi monyet (jenis rhesus monkey) diberikan pilihan dua “ibu”: satu adalah kawat besi yang dibentuk menyerupai tubuh yang menyediakan susu dari sebuah botol dan satu lagi kawat besi berbentuk tubuh yang ditutup sebuah selimut halus. Di luar perkiraan, bayi-bayi monyet tersebut memilih untuk lebih dekat dengan si ibu yang berselimut halus dan mendatangi ibu susu hanya jika mereka ingin menyusu.
Sebuah percobaan lain dilakukan pada bayi-bayi tikus di mana mereka mendapatkan “sentuhan” setiap hari dari manusia. Bayi-bayi tikus tersebut tumbuh besar menjadi lebih pemberani dalam situasi yang baru, tidak mudah cemas, dan mengalami penurunan fungsi otak yang lebih sedikit. Namun hal-hal tersebut hanya terjadi jika sentuhan didapat pada 10 hari pertama hidup mereka. Jika sentuhan dilakukan di atas periode tersebut, tidak didapatkan efek positif yang permanen.
Pijat Menghasilkan Anak Cerdas
Sebuah percobaan dilakukan pada bayi berusia empat bulan untuk menilai “preferensi hal baru”, sebuah uji kemampuan memori dan pengelompokan sensori awal. Satu grup bayi diberikan pijat selama delapan menit dan grup lainnya diberi hiburan berupa mainan berwarna merah sebelum penilaian. Grup bayi yang dipijat menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam mendeteksi perubahan stimulus. Bayi yang menunjukkan “preferensi hal baru” yang baik diperkirakan akan memiliki IQ yang lebih tinggi nantinya. Percobaan tersebut membuktikan bahwa bayi yang sering dipijat sejak dini memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik.
Anak yang dipijat secara rutin menunjukkan tingkat stres yang lebih rendah, suasana hati lebih baik, pola tidur yang lebih teratur, dan tingkat fokus atau perhatian yang lebih tinggi. Terapi pijat bahkan telah digunakan untuk memperbaiki kondisi klinis pada anak penderita asma, diabetes, kanker, autisme, penyakit kulit, dan kelainan kebiasaan makan.
Peluk, Pijat, dan Gendong, dong!
Setelah mengetahui pentingnya interaksi sentuh dengan anak, para ayah dapat memainkan peran besar dalam mengembangkan kognisi anak. Peluklah anak sebelum berangkat atau setelah pulang dari kantor. Pijat anakmu sebelum tidur. Beri pelukan yang lama hingga anak tertidur. Gendong anak ketika ia merasa lelah. Aktivitas-aktivitas sederhana ini, jika dilakukan secara berkala dan sejak dini, memiliki dampak permanen dalam hidup anak, membantu mereka mencapai potensi maksimalnya.
(Arlo Erdaka/Dok. Pribadi, Pixabay)