Pas lagi minta sesuatu ke suami atau ada uneg-uneg tentang suatu hal, saya seriiiing banget menyampaikannya pakai kode. Enggak langsung ngomong blak-blakan tentang apa yang saya mau. Hasilnya? Belum tentu memuaskan (dan lebih sering bikin gregetan) karena pasangan enggak ngeh keinginan saya yang sebenarnya. Belakangan saya tahu, kalau antara suami istri sebaiknya menghindari kode-kodean dalam berkomunikasi.
Istri pakai kode, suami enggak paham kode
Saya coba tanya ke Nadia Pramesrani, psikolog pernikahan dan keluarga dari Rumah Dandelion. Ternyata kondisi suami yang enggak paham kode dari saya, banyak dialami sama pasangan-pasangan lain.
“Memang ada yang menarik dari pola komunikasi pasangan. Perempuan suka pakai kode, sedangkan laki-laki enggak paham kode. Satu statement dari istri bisa jadi multitafsir di suaminya,” kata Nadia.
Nadia memberi contoh, si istri pengen suaminya bantuin buang sampah. Terus dia bilang,”Ayah, itu tempat sampahnya sudah penuh.” Buat suaminya hal ini bisa berarti, “Apa perlu ganti tempat sampah yang lebih besar?,” atau sesimpel “Oh iya benar tempat sampahnya sudah penuh.”
Beda pola pikir laki-laki dan perempuan
Robert Kandell dari Together Magazine juga menuliskan kalau secara biologis, pola pikir laki-laki dan perempuan memang tidak sama. Laki-laki terbiasa fokus sama satu hal dan ‘mengabaikan’ hal lain di sekelilingnya. Apa yang dia lihat, dengar dan rasakan langsung, informasi itulah yang bakal diterima otaknya.
Sementara perempuan cenderung memperhatikan banyak hal dan berpikir secara luas. Dalam berkomunikasi, mereka lebih memlih buat pakai ‘petunjuk’ untuk memperhalus isi pikiran atau apa yang mereka inginkan.
Kalau enggak saling dipahami oleh kedua pihak, hal ini bakal mempengaruhi hubungan mereka. Bisa-bisa istri merasa dongkol karena suami dinilai enggak paham sama maksud perkataan dari dia. Padahal dia sudah menunjukkan berbagai kode yang (menurut si istri) harusnya dimengerti suami.
Di sisi lain, pola pikir pasangan hanya sesuai sama apa yang dibilang istrinya. Mungkin saja suami merasa ada sesuatu yang enggak beres sama istrinya. Tapi karena enggak disampaikan secara jelas, dia enggak menganggap ini sebagai masalah. Begitu saja terus siklusnya, sampai nanti bom waktunya meledak.
Komunikasi terbuka tanpa kode
Kalau dulu pas masih pacaran, kode-kodean kya begini bisa bikin hati geregetan lucu. Pas sudah nikah, kalau tebar kode melulu malah berpotensi bikin masalah.
Dengan pola pikir laki-laki yang suka enggak paham kode, ada satu hal yang mesti dipahami para istri. “Katakan perilaku apa yang ingin dimunculkan. Langsung saja sampaikan to the point,” kata Nadia.
Misalnya, kalau kamu enggak pengen suami main hape pas lagi makan bareng. Langsung saja bilang,”Sayang, hapenya taruh dulu yuk, kita ngobrol dulu.” Cara seperti ini lebih baik daripada kamu hanya diam dan cemberut waktu suami lagi asyik sama gadgetnya, padahal kamu pengen diperhatiin.
Jadi, buibu coba deh buat jujur dan terbuka soal perasaan atau sesuatu yang kita pengen dari pasangan. Ingat, suami kamu bukan cenayang yang bisa baca isi pikiran.
Tapi, walaupun lebih baik menyampaikan secara gamblang, sebaiknya pilih kalimat yang enak didengar ya. Atur juga intonasi bicara agar pasangan tetap tenang dan enggak terpancing emosinya.
Sementara buat para suami, ada baiknya kalau kamu mengenali gelagat dari pasangan. Contoh, penampilan si istri enggak seceria biasanya, tanyakan apa yang terjadi sama dia.
Kalau masih enggak ngaku, coba bujuk atau berikan pelukan agar dia terdorong buat menyampaikan masalahnya. Misalnya kamu belum paham maksud perkataan istri, coba pakai feeling kamu untuk tahu isi hati dia.
Yaa, di luar sana mungkin ada juga istri yang justru lebih suka blak-blakan sama perasaannya. Atau malah suaminya yang lebih suka berkomunikasi pakai kode. Seiring waktu, kalian bakal tahu bagaimana cara komunikasi dari pasangan.
Intinya, berusalah buat selalu terbuka antara suami dan istri. Jangan lupa buat menunjukkan bahasa cinta yang bisa semakin memperkuat pernikahan kalian.
(Dyah/ Dok: Pixabay)