Parents, salah satu intisari Bulan Ramadan adalah menekan nafsu amarah dan menumbuhkan nafsu mutmainah. Nafsu amarah bisa kita kategorikan sebagai emosi. Emosi yang cenderung ke marah, dengan ucapan yang meluap-luap dan kencang, sebaiknya dihindari dan ditekan sebagaimana mungkin. Tidak hanya untuk Bulan Ramadan saja, tetapi juga untuk seterusnya.
Seringkali ketika bicara soal emosi, tentu akan berkaitan dengan kemampuan individu terhadap pengelolaan emosi. Parents, berhasil atau gagalnya dalam mengelola emosi, akan berpengaruh terhadap pola asuh kepada anak.
Sehingga, penting sekali untuk kita, orang dewasa, bisa mengelola emosi. Selaras dengan Bendri Jaisyurrahman, seorang Konselor ketahanan keluarga, mengatakan penting sekali bagi orang tua untuk belajar mengelola atau mengendalikan emosi saat menghadapi anak.
Menurut Bendri, jangan sampai mewariskan kemarahan ke anak, karena tidak hanya soal materi jika biacara soal warisan, tetapi juga pola pengasuhan, yang mungkin nanti akan anak tiru terhadap keturunannya lagi nanti.
Ada Dua Perkara…
Masih dari Bendri, ada dua hal yang membuat orang tua terkadang tidak bisa mengendalikan emosinya kepada anak. Dua hal tersebut adalah perasaan lelah dan luka lama yang belum sembuh.
Terkadang, omelan atau nada tinggi yang kita lontarkan ke anak adalah suara pelampiasan luka lama yang belum selesai.
Dan anak, lagi-lagi menjadi korban. Sama seperti Parents saat kecil.
Jika pola ini tidak putus atau selesai, maka tidak perlu heran jika generasi kita selanjutnya, bisa melakukan hal-hal yang di luar akal sehat.
Parents, pelampiasan adalah hal yang akan kita sesalkan. Sehingga, kita perlu cari cara lain untuk menyembuhkan luka lama tersebut. Salah satunya adalah berdamai dengan diri sendiri.
Ciptakan Damai Untuk Diri Sendiri
Mungkin ini akan terbaca klise, tetapi berdamai dengan diri sendiri adalah fundamentalnya.
Salah satu hal yang akan kita dapat dari fundamental ini adalah ketenangan. Ketika kita sudah tenang dalam menghadapi apapun, maka emosi amarah dengan sendirinya teredam.
Berkaitan dengan Bulan Ramadan, ketenangan juga linear dengan momen ini. Sehingga, waktu ini bisa Parents jadikan awal untuk belajar dan momen untuk mengubah segalanya. Dari suka marah-marah, menjadi lebih tenang.
Evaluasi dan intropeksi diri sepertinya tidak akan berhenti, karena ini akan menjadi rem kita sendiri. Emosi marah bisa saja datang tiba-tiba, tetapi jika kita tahu ‘ketenangannya’ maka Insya Allah semua akan baik-baik saja.