Generasi Sandwich adalah generasi yang menanggung semua keperluan dan kebutuhan keluarga. Tidak harus selalu anak pertama, anak kedua, ataupun anak ketiga dan seterusnya – semua anak, bisa saja jadi generasi sandwich, kenapa bisa begitu ya?
Belum lama ini, istilah generasi sandwich tengah jadi perbincangan. Pasalnya ada data yang menunjukan ketidakmampuan generasi sandwich untuk punya tempat tinggal atau punya rumah sendiri. Hal ini dikarenakan oleh cash flow mereka yang sudah padat dengan pos-posnya.
Ditambah lagi, ada film yang begitu menarik untuk ditonton yaitu Home Sweet Loan. Garapan Visinema Pictures dan Legacy Pictures, berhasil menunjukan bagaimana perjuangan seorang anak yang menjadi tulang punggung semua pihak di dalam rumah untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga.
Kebetulan, di film Home Sweet Loan, anak bungsu yang jadi generasi sandwich-nya. Ia mengurusi dan memenuhi kebutuhan keluarga, dan kerap mengalah kepada kakak-kakaknya. Film ini menuai banyak pujian dan komentar, di mana menurut banyak netizen, filmnya begitu merepresentasikan mereka.
Parents ada yang sudah menonton filmnya?
Kenapa Anak Jadi Sandwich Generation?
Parents, sadar atau tidak – ketika anak menyadari kalau dirinya menjadi Sandwich Generation itu karena orang tuanya. Menurut Rosdiana Setyaningrum, M.Psi., MHPEd, Psikolog dari MS School & Wellbeing Center – Ketidakmampuan orang tua untuk menghidupi dirinya sendiri dan keluarga adalah hal yang membuat anak menjadi bagian dari generasi sandwich.
Jadi, sudah pasti anak jadi generasi sandwich karena orang tuanya?
Jika kita telaah bersama, mulai dari definisi generasi sandwich – di mana kondisi ini anak merasa tertekan untuk membiayai dan mengurus kebutuhan berbagai anggota keluarga. Contoh sederhananya adalah seorang anak, mungkin harus membiayai orang tua, kakak, adik, atau anggota keluarga lainnya, sambil juga memenuhi kebutuhan diri sendiri.
Terlebih, jika anak sudah berkeluarga, mereka juga perlu mengeluarkan biaya untuk keluarga sendiri dan keluarga orang tua.
Menurut Rosdiana, latar belakang ekonomi orang tua tidak selalu menjadi faktor penyebabnya. Karena, bisa saja tadinya orang tua tersebut mumpuni untuk memenuhi segala kebutuhan rumah tangga, tapi kemampuan mengelola keuangan yang kurang baik bisa menjadi latar belakang utamanya.
Nah, akibatnya, ketika orang tua tidak lagi bekerja, tidak ada lagi kegiatan yang menghasilkan uang – maka sumber pendapatan orang tua selesai alias tinggal bergantung kepada anak.
Tapi, Apakah Soal Mindset?
Mungkin, dilansir dari Kompas, ternyata masih ada sebagian orang tua yang sebenarnya memiliki uang, tetapi tetap mengandalkan anak untuk wajib menanggung segala kebutuhan mereka karena pola pikir “anak harus balas budi”.
Nah, mindset nih Parents, sederhananya kita tidak ingin kan membuat anak kesusahan karena kita nantinya? Memang sih, semakin tua beberapa kemampuan kita tentu dikurangi tenaganya dan waktunya, sehingga tidak menampik butuh bantuan orang lain, termasuk anak.
Akan tetapi, sebaiknya tidak semuanya kita serahkan ke anak. Menunggu bala bantuannya untuk memenuhi segala kebutuhan di rumah – sepertinya tidak perlu seperti itu. Anak tidak perlu balas budi.
Tapi, bagaimana kalau anak yang memang mau membantu?
Ini beda konteks dan beda persoalan ya Parents. Jika memang anak mau membantu, bantuannya pun akan sekedarnya saja dan kita sebagai orang tua tidak mematok atau memaksa untuk anak memenuhi segalanya.
Jadi Parents, ada dua hal yang cukup fundamental buat orang tua pahami mulai sekarang. Pertama adalah manajemen keuangan dan yang kedua adalah mindset. Kedua hal penting ini menjadi dasar agar orang tua tidak lagi merasakan lack of financial.