Metode parenting atau pengasuhan sekarang ini sudah banyak sekali macamnya. Sebelumnya, parenting dengan gaya VOC sempat jadi buah bibir banyak orang. Lalu, gentle parenting dan sekarang Hypnoparenting.
Ketika membaca kata hypnoparenting, mungkin sebagian besar dari kita mengartikannya berdasar dua suku kata yang tergabung di dalamnya: hypno dan parenting. Sehingga, mungkin interpretasi kita adalah metode parenting yang menggunakan cara hypnosis.
Tapi, apakah benar seperti itu?
Sebelum kita membahas hal ini lebih dalam, kita mau sapa Parents dulu nih. Halo Parents, apa kabar semuanya? Semoga kita semua selalu dalam kesehatan yang baik dan segala urusan kita selalu diperlancar dan dipermudah ya.
Jadi Parents, kali ini kita akan membahas salah satu metode parenting, yaitu hypnoparenting. Sebagian dari kita mungkin masih asing dengan istilah atau nama metode ini ya. Oleh karena itu, mari kita telisik lebih dalam.
Apa Itu Hypnoparenting?
Dilansir dari Kompas, Hypnoparenting adalah metode pengasuhan yang memberikan sugesti positif ketika anak merasa rileks dan tenang, seperti sedang ingin tidur. Jadi, sugesti positif ini diharapkan bisa tertanam di bawah alam sadar anak.
Tujuannya jelas untuk membuat anak termotivasi lebih baik. Parents, metode hypnoparenting memiliki banyak manfaat serta dianggap cukup efektif untuk membuat anak bisa menurut pada orang tua, serta mau untuk berusaha memperbaiki segala kesalahannya.
Jadi ya Parents, hypnoparenting mungkin akan bertumpu pada momen-momen yang tepat. Seperti saat anak sedang tenang. Nah, di saat seperti itulah metode hypnoparenting bisa dilakukan. Sugesti positif bisa disalurkan ke anak dengan mudah saat anak sedang tenang.
Tapi, Kapan Anak Bisa Tenang?
Pada kenyataannya, sulit sekali menemukan momen anak sedang tenang. Main, berlari ke sana kemari, atau bertanya ini-itu adalah hal-hal yang pasti dilakukan anak dengan kita sebagai orang tuanya. Lalu, bagaimana mau menerapkan metode hypnoparenting ya?
Masih dilansir dari Kompas, menurut Psikolog Alva Paramitha, hypnoparenting bisa dilakukan ketika anak sudah mulai bisa komunikasi dua arah yang benar. Seperti anak yang sudah berusia dua tahun ke atas.
Hypnoparenting akan berhasil jika terjadinya komunikasi dua arah, antara orang tua dan anak. Dengan rentang usia seperti itu, harapannya anak sudah mulai bisa mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh orang tuanya.
Secala klinis, menurut Alva, pada usia dua sampai Sembilan tahun, gelombang otak pada anak-anak didominasi oleh gelobang tetha, di mana gelombang ini berhubungan sekali dengan emosi serta daya ingat.
Nah, berkaitan dengan metode hypnoparenting yang akan efektif jika anak tengah tenang, karena gelombang tetha ini akan mendominasi saat anak sedang tenang serta akan cenderung menyerap banyak hal yang dikatakan padanya.
Bagaimana Hypnoparenting Pada Remaja?
Sebenarnya, hypnoparenting bisa diterapkan di segala usia. Namun, ketika anak beranjak remaja, hypnoparenting tidak lagi bisa seefektif sebelumnya. Hal ini menurut Alva dikarenakan oleh otak anak remaja yang sudah berkembang dan lebih kompleks.
Otak anak remaja cenderung bisa menerima banyak masukan dari berbagai sisi, seperti dari teman sebaya anak atau dari hasil temuannya sendiri. Sehingga, ada mindset yang mudah terbentuk di dalam otak atau pikiran anak.
Nah, Parents – ketika anak juga beranjak dewasa, usia anak tidak lagi memiliki pola pikir dan pendapatnya sendiri saja, tetapi juga pola pikir dari luar. Sehingga, menurut Alva, bukan berarti hypnoparenting tidak bisa diterapkan pada remaja, tetapi prosesnya saja yang lebih sulit karena membutuhkan waktu yang lebih panjang.
Wah, bagaimana Parents, apakah tertarik mau coba hypnoparenting?