Kita sama-sama menyadari dan memahami kalau setiap orang tua mempunyai cara dan gaya pengasuhan yang berbeda-beda. Mungkin sampai sekarang, masih ada yang menerapkan parenting VOC. Tetapi, ada juga yang mengikuti perkembangan zaman seperti menerapkan gentle parenting.
Dari berbagai macam gaya parenting yang ada dan diterapkan oleh orang tua di luar sana, tujuannya mungkin sama: ingin memberikan yang terbaik untuk anak. Kita mesti paham dan setuju dengan hal ini.
Tetapi, pada kenyataannya gaya pengasuhan atau parenting membawa dampak yang besar bagi anak. Baik nilai positif ataupun negatif, sama-sama menjadi konsekuensi dari setiap parenting. Poin ini yang perlu kita telisik bersama-sama.
Contoh kasusnya seperti ini, dalam kondisi tengah berjalan-jalan di taman terbuka, ada beberapa anak yang tengah berkumpul bermain bersama. Tetapi, satu dari beberapa anak tersebut begitu dominan bahkan terkesan begitu memimpin – sampai tidak ada satu anak yang berani menyangkalnya. Apakah ini sehat? Tidak juga, karena ini merupakan ciri-ciri bullying.
Anak yang dominan, tentu mendapatkan parenting yang berbeda.
Tapi, dengan sebaliknya juga ya – anak yang manja juga mendapatkan pengasuhan yang berbeda. Nah, bahasan kali ini – kita akan mengulas asal muasal kenapa anak jadi manja.
Hola Parents! Apa kabar hari ini? Semoga hari ini selalu dalam kesehatan yang baik dan segala urusannya diperlancar serta dimudahkan ya, Amin.
Parents, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya – di kesempatan ini, kita akan bersama-sama membedah, mengapa anak menjadi manja. Untuk mengetahui selengkapnya, yuk kita simak ulasan ini sampai selesai.
Anak Manja Itu Anak yang…
Sebelum lebih jauh mengetahui penyebab anak menjadi manja, kita perlu tahu nih benchmark manja itu seperti apa.
Hal ini tentu akan bisa menentukan sikap kita sebagai orang tua kepada anak yang dinilai manja atau tidak.
Dari berbagai definisi anak manja, secara singkat kita bisa sama-sama mensintesa anak manja adalah anak yang begitu bergantung terhadap orang tua atau orang terdekat di sekitarnya. Ketergantungan ini bahkan sampai menyangkut hal-hal yang sifatnya kebutuhan pribadi.
Kalau sampai umur 14 tahun misalnya, untuk ke kamar mandi saja mesti minta ditemani oleh Bapak atau Ibu, apakah ini bisa dinilai sebagai anak manja? Mungkin saja.
Tetapi, kita juga tidak bisa menjustifikasi jika memang anak dalam kondisi berkebutuhan khusus atau inklusi. Well, jadi apa yang bisa katakan untuk menilai anak manja? Parents, kita sepertinya hanya perlu menilai anak-anak kita saja, sehingga kita sendiri yang tahu apakah anak kita ini manja atau tidak.
Tapi, Apa Penyebab Anak Jadi Manja?
Nah, dari penyebab anak jadi manja, mungkin nantinya kita bisa menilai apakah anak kita manja atau tidak.
Parents, dilansir dari Kompas, salah satu penyebab anak menjadi manja adalah orang tua yang overprotektif, alias terlalu melindungi anaknya dari masalah ataupun rasa sakit.
Kita mungkin paham kalau tidak ada orang tua yang ingin anaknya mendapatkan masalah sampai kesusahan atau sakit. Tetapi, kalau berlebihan, hal ini akan membawa risiko yang besar:
Anak jadi manja.
Proteksi yang berlebihan akan mengarahkan anak menjadi personal yang mudah menyerah jika sedikit mendapatkan masalah. Hal ini berkaitan dengan critical thinking-nya yang tidak terasah untuk menyelesaikan masalah, karena selalu dibantu oleh orang tua. Jika hal-hal seperti ini dibiarkan begitu saja, snowball besar akan Parents terima.
Masih dari Kompas, menurut Psikolog Anak dan Keluarga Samanta Elsener orang tua yang secara berlebihan melindungi anaknya tanpa memberikan ruang kebebasan dan kemandirian anak akan membuat sang buah hati kehilangan rasa percaya diri dan semakin takut untuk mengambil keputusan.
Jadi, Apa yang Bisa Kita Lakukan Ya?
Parents, belum ada kata terlambat untuk memperbaiki sesuatu asal sesuai dengan effort yang akan kita lakukan. Masih dari Kompas, Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga Rosdiana Setyaningrum menyebutkan ada empat langkah yang bisa dilakukan orang tua untuk memperkecil risiko anak menjadi manja karena overprotektif yang dilakukan orang tua sebelumnya.
- Mengajarkan kemandirian: Memasuki usia lima tahun, anak semestinya sudah diberikan kesempatan untuk memahami apa yang bisa dikerjakan sendiri dan mana yang masih memerlukan bantuan.
- Mengajarkan sebab-akibat: Menerapkan paham sebab akibat adalah salah satu langkah yang fundamental. Kita bisa ajari anak untuk memahami akibat dari tingkah laku yang mereka perbuat dan mengerti bagaimana respon orang lain terhadap hal tersebut.
- Memiliki pencapaian: Kita bisa bantu anak untuk mempunyai milestone atau titik-titik pencapaian. Hal ini akan memicu anak untuk mengejar sesuatu dan membuat mereka lebih percaya diri.
- Menyelesaikan masalahnya sendiri: Kesempatan. Anak harus memiliki penerapan yang tepat dalam menyelesaikan masalahnya sendiri, tidak harus selalu dengan orang tua. Maka, kesempatan adalah jalan pertamanya.
Nah, Parents – dari berbagai penjelasan di atas, kita sama-sama memahami kalau semua ini tentang pilihan kita sebagai orang tua. Jadi, apapun pilihan kita, untuk overprotektif atau tidak – semua berkaitan langsung dengan segala risiko yang ada.
Parents, untuk menjadi bijak memang memerlukan hal-hal seperti ini untuk diselesaikan. Hal yang perlu kita ingat dan menjadi dasar penting adalah anak mudah mencontoh orang tua. Sehingga, memang kita yang perlu jadi teladan terlebih dahulu.