Sepertinya, anak kecil atau bayi, tiap makan pasti belepotan. Cukup wajar hal ini terjadi. Menjadi tidak wajar adalah ketika sudah dewasa, tetapi masih belepotan.
Tapi, ada perbedaan yang cukup signifikan kalau ngomongin makan belepotan. Mungkin, zaman kita dahulu masih masa anak-anak, makan belepotan akan diomeli oleh orang tua. Tetapi, sekarang tidak.
Ada concern atau perhatian tersendiri yang bisa kita ketahui bersama terkait tidak memarahi anak saat mereka makan dan belepotan.
Duh, sudah ngobrol sana-sini sampai lupa sapa Parents. Hai, Parent. Apa kabar hari ini? Semoga hari ini selalu dalam kesehatan yang baik dan segala urusan diperlancar, ya.
Seperti yang sudah sempat disebutkan di judul dan di prolog, di bahasan kali ini, kita akan mengulas bagaimana respon yang direkomendasikan ketika anak makan belepotan.
Anak Makan Belepotan
Memang sih, pada kenyataannya, tidak menampik kita bisa merasa kesal ketika melihat anak yang sedang makan dan berantakan. Belepotannya anak, percaya atau tidak – itu juga termasuk proses belajarnya mereka, lho.
Oleh karena itu, ada emosi yang semestinya kita tahan sejenak untuk memuluskan proses belajar mereka.
Menurut banyak ahli, ada proses belajar yang terjadi, lebih detil lagi belepotannya anak begitu berkaitan dengan stimulasi pada otak anak.
Salah satu ahli, Dr. Sista Natalia Situmeang, M.Ked.(Ped.), menurut beliau – jangan takut atau khawatir saat anak sedang makan dan belepotan. Pada momen tersebut, anak sedang eksplorasi.
Terutama saat anak masih balita ya, Parents – mungkin sekitar usia 1-3 tahun, di mana ini adalah golden age mereka dan mereka sedang sangat senang untuk bereksplorasi dengan apa yang mereka sentuh – termasuk makanan.
Eksplorasi yang anak lakukan, kurang lebih seperti – saat anak masih makan dengan tekstur MPASI, anak kerap terlihat memegang atau bahkan meremas makanannya. Ia tengah mempelajari tekstur.
Nah, pada waktu yang bersamaan, seluruh panca inderanya juga ikut terangsang dan memberikan rekaman pengalaman yang akan disimpan di dalam otak.
Lalu, makanan yang masuk ke dalam mulut, indera pengecapnya mempelajari tekstur tersebut. Mungkin, hal ini yang membuat kita suka melihat anak terlihat lama saat makan.
Salah satu langkah yang bisa kita lakukan adalah menemani dan memandu anak. Misalnya, anak tengah sedang makan sayuran, kita bisa dampingi dan beritahu anak kalau yang ia makan adalah sayuran tertentu.
Nah, di bagian ini – selain kita membantu anak untuk mengidentifikasi atau mengklasifikasikan makanan, kita bisa juga meningkatkan ikatan antara orang tua dan anak.
Interaksi kita dengan anak saat sedang makan bersama atau menemani anak makan, ternyata juga menjadi sebuah proses koordinasi untuk anak sendiri. Maksudnya adalah, secara tidak langsung – saat sedang makan, tangan-mulut anak melakukan koordinasi dan mengidentifikasi kalau apa yang dipegang dan masuk ke dalam mulut adalah makanan.
Cegah Penggunaan Gawai Saat Makan
Nah, Parents – sekarang kita tahu kalau proses anak makan ternyata menjadi salah satu proses yang menarik untuk ditelaah bersama.
Banyak proses terjadi, khususnya proses belajar anak. Parents, ketika kita sudah tahu seperti ini, maka salah satu langkah yang kita rekomendasikan adalah mengurangi penggunaan gawai saat makan.
Memang sih dan pada kenyataannya, anak bisa lebih tenang saat makan menggunakan gawai. Tapi, salah satu concern kita bersama saat ada interupsi besar yang terjadi saat makan, tentu proses belajarnya menjadi terganggu.
Parents, perhatian anak ke gawai pasti besar. Sehingga, hal ini akan membuat konsentrasi anak terpecah. Bahkan, salah satu risiko besarnya adalah anak menjadi kecanduan gawai, yang harus ada saat mereka mau makan.
Jika gawainya tidak ada, kerap berbuntut mereka mogok makan, atau bahkan melakukan hal-hal lainnya yang tentunya akan membuat kita keluar tenaga lebih banyak.
Jadi, coba pertimbangkan dahulu ya Parents penggunaan gawai ke anak. Jika sekiranya akan mengganggu proses belajar anak, sebaiknya urungkan untuk berinteraksi dengan anak menggunakan gawai.
Tidak apa-apa berantakan, belepotan, atau apapun yang terjadi – karena ternyata, hal tersebut adalah proses belajar anak juga Parents. Hal ini yang bisa kita ingat bersama, ya.