Bucin atau budak cinta adalah kondisi di mana salah satu pasangan terlihat menunjukan rasa cinta pada pasangannya yang cenderung berlebihan. Benar atau tidaknya definisi ini, sepertinya relatif karena konstruksi sosial mempunyai beberapa definisi lainnya yang jika ditelisik masih terkait satu sama lain.
Tapi, jadi bucin tuh, boleh atau tidak, sih?
Hai hai Parents! Apa kabar hari ini? Semoga selalu dalam kesehatan dan segala urusannya diperlancar, ya.
Dari judul dan prolog singkat di atas, sepertinya sudah cukup jelas ya kita akan membahas apa. Parents, kali ini kita akan bahas soal bucin atau budak cinta – sebuah kondisi di mana sadar atau tidak, terkadang kita melakukannya.
Jika bucin dengan pasangan dan sudah menikah, dengan kondisi seperti itu, mungkin akan sah-sah saja terlihatnya, ya. Tapi, buat adik-adik mempunyai hubungan spesial dengan lawan jenisnya dan belum menikah, hmm – apakah menjadi bucin sudah jadi pilihan?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, yuk kita simak bahasan kali ini sampai selesai, ya!
Bucin jadi bumbu kepuasan pernikahan?
Sebelum membahas bucin dengan kondisi hubungan dengan pasangan yang belum menikah, mari kita telisik lebih dalam soal bucin dengan pasangan yang sudah menikah. Parents, menurut kalian, apakah menunjukan rasa sayang atau rasa cinta yang berlebihan pada pasangan itu sah-sah saja?
Jika orientasinya sebagai bumbu yang pas untuk kepuasan pernikahan yang tepat, maka bucin sepertinya tidak apa-apa. Menurut Rizky, Tatik, dan Akta – dalam penelitian mereka yang dipublikasikan di Journal of Psychological Research, ada temuan menarik yang sepertinya bisa mendukung kondisi bucin ini.
Temuan mereka adalah adanya hubungan positif yang terbangun kokoh dan signifikan ketika pasangan suami dan istri mempunyai kemampuan komunikasi interpersonal yang mumpuni. Komunikasi interpersonal yang mumpuni adalah salah satu landasan kuat untuk mendapat kepuasan pernikahan.
Berkaitan dengan bucin, sebenarnya – hal ini juga masih perlu didefinisikan atau dispesifikasikan lagi bucin yang dimaksud dalam perilaku seperti apa, Parents. Namun, jika bucin yang dimaksud adalah kemampuan komunikasi kuat setiap individu dengan pasangannya dan output atau hasil akhirnya adalah kepuasan pernikahan yang baik, maka bucin ini bisa saja diterapkan.
Tetapi, yang perlu kita ketahui lebih dalam adalah komunikasi interpersonal seperti apa yang bisa menjadi bumbu yang tepat untuk kepuasan pernikahan. Saling mengerti, saling memahami, dan berbagai rasa saling lainnya adalah faktor-faktor atau variabel yang seharusnya ada di dalam komunikasi interpersonal yang baik. Bucin, mungkin bisa seperti itu juga.
Lalu, bagaimana untuk pasangan yang belum menikah?
Parents, mungkin bagian ini adalah bagian yang sudah ditunggu-tunggu oleh banyak dari kalian, ya. Sebenarnya, ya – mempunyai komunikasi interpersonal yang baik dan mumpuni tidak perlu menunggu sampai menikah terlebih dahulu.
Justru, saat tengah masa penjajakan, atau istilah zaman sekarang pendekatan (PDKT) adalah masa atau waktu di mana komunikasi interpersonal dinilai seksama. Melihat dari banyak pengalaman, salah satu variabel penting dalam suksesnya berkomunikasi, baik secara interpersonal atau intrapersonal, adalah kemampuan mendengarkan yang baik.
Saat masa PDKT, mendengarkan cerita, keluhan, atau celetukan pasangan tentu mempunyai seninya tersendiri. Mendengarkan yang baik akan membuat cara kita menyampaikan sesuatu pasti lebih terarah, karena dari mendengarkan – kita bisa mengerti dan memahami apa yang sebenarnya terjadi atau diceritakan.
Nah, buat adik-adik yang sudah berpasangan tapi belum menikah, sebaiknya memerhatikan hal-hal kecil sederhana namun penting sekali seperti ini.
Parents, untuk mendukung calon pasangan suami-istri, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan telah meluncurkan website BinWin atau bimbingan perkawinan untuk calon suami dan calon istri.
Menurut Plt. Deputi Bidang Koordinasi Perlindungan Perempuan dan Anak Kemenko PMK, Ghafur Dharmaputra dalam Rapat Koordinasi Peningkatan Kesadaran Remaja dan Kelompok Usia Nikah dalam Memahami Fungsi-Fungsi Keluarga – website BinWin dibuat agar bisa menjadi panduan untuk mengarungi dunia pernikahan dan setelah pernikahan.
Mungkin, bucin tingkat selanjutnya adalah bukan lagi menanyakan kabar tiap harinya, tetapi sudah menyodorkan website BinWin untuk langkah yang lebih serius. Hihi.
Sebenarnya, ada cara untuk mengasah
kemampuan berkomunikasi tidak ya?
Selain mendengarkan dengan baik dan penuh perhatian, ada beberapa cara lain, di antaranya:
Bersikap terbuka dan jujur
Sebaiknya, kita perlu untuk menghindari menyembunyikan sesuatu ke pasangan. Sembunyi-sembunyi kalau kejutan sih tidak apa ya, Parents. Tapi, kalau sembunyi-sembunyi hal yang lainnya, nah – ini persepsinya bisa jadi ada yang salah di antara pasangan, Parents.
Gunakan bahasa yang jelas dan kontak mata
Tidak perlu ambigu atau menggunakan bahasa yang kurang jelas ya Parents, straight to the point saja bicaranya. Kemudian, saat sedang berdiskusi atau mengobrol – pastikan kontak mata juga dilakukan ya.
Waktu Waktu Waktu
Jika memang diskusi atau obrolan tidak bisa selesai pada saat itu juga, berikan waktu pada pasangan untuk mencerna obrolan tersebut. Berikan waktu dan jarak ya Parents.
Nah, bagaimana Parents? Jadi, bucin boleh atau tidak nih? Selagi output atau hasilnya positif, seperti kepuasan pernikahan yang kuat, bucin sepertinya tidak masalah. Well, untuk memperkaya perspektif kita, yuk nonton video di bawah ini ya!