Hai Parents, senang ya merekam dan menyimpan momen kita sama anak. Berhubung kita menjadi orang tua di zaman teknologi, pasti udah jadi hal yang biasa banget buat membagikan momen si Kecil di media sosial.
Meski begitu, tetap aja kita harus menjaga batas di media sosial terutama yang terkait kondisi anak. Ketika anak sedang merasa takut, sedih, marah, dan emosi negatif lainnya sebaiknya kita menangani emosi yang dirasakan anak.
Menurut Co-Founder Good Enough Parents, Damar Wijayanti, saat anak sedang merasakan emosi negatif diharapkan kita bisa menyelaraskan perasaan anak.
“Anak membutuhkan pendampingan dari orang dewasa yang bisa berempati dan hadir sepenuhnya dengan perasaan dia saat itu. Takutnya kalau kita sibuk sambil record nanti kita jadi terganggu untuk bisa selaras dengan perasaan anak,” katanya.
Sama halnya seperti saat anak mengalami tantrum atau ledakan emosi di tempat umum, kita mengajak ke tempat yang sepi agar kita dan anak bisa fokus meregulasi emosi.
Bu Damar menambahkan, sebenarnya boleh-boleh saja membagikan kondisi emosi negatif anak ke orang lain, asalkan itu sudah atas izin anak sekaligus dia merasa momen itu bukan suatu masalah baginya.
Khawatirnya anak merasa malu, kecewa, dan sakit hati ketika tahu kondisinya yang sedang curhat, marah, dan merasakan emosi negatif lainnya itu diberitahu atau ditunjukkan ke orang lain.
“Di pengasuhan Positive Discipline perasaan-perasaan seperti malu, sakit hati, ini bisa mendorong perilaku menantang. Biasanya kalau anak sakit hati, anak akan berusaha menunjukkan rasa sakit hatinya itu pada orang yang dia anggap telah menyakitinya,” jelas Bu Damar.
Biasanya perilaku menantang itu ditunjukkan dengan memukul orang tersebut, mengungkapkan rasa kesal seperti mengatakan sudah gak mencintai orang itu lagi karena sudah membuatnya malu dan sakit hati dengan membagikan curhatannya ke orang lain. Hal ini sangat mungkin terjadi.
Maka sudah sebaiknya kita meminta izin dulu pada anak sebelum mengunggah atau membagikan ceritanya ke orang lain, untuk menghindari perasaan kecewa dan sakit hati pada anak. Namun, bisa juga anak merasa hal itu biasa saja sehingga gak menimbulkan perasaan sakit hati.
“Kita gak tahu perasaan anak, jadi untuk pencegahan lebih baik izin dulu ke anak apalagi kalau anaknya sudah bisa diajak bicara. Kalau anak menolak, kita harus menghargai itu,” ucap Bu Damar.
So, Parents, sudah paham ya sekarang, gak semua hal tentang anak kita bisa dibagikan ke orang lain, termasuk saat anak mengalami emosi negatif.
Untuk lebih memahaminya, coba kita posisikan diri kita yang sedang menangis, marah, takut, dan lainnya lalu ekspresi dan cerita kita dibagikan di media sosial atau diceritakan ke orang lain. Kita akan merasa malu dan marah, bukan? Tetapi bisa juga kita merasa itu hal yang biasa.
Maka sudah sebaiknya kita bertanya dan izin pada anak sebelum membagikan dan menceritakan emosi negatifnya ke orang lain 🙂