Parents, pastinya gak mau ya anak jadi susah dekat sama orang tuanya nanti. Walaupun kelak dia udah tumbuh besar dan dewasa, kita pengin si Kecil tetap dekat dengan kita, gak jadi berjarak karena udah punya kehidupannya sendiri.
Gak cuma saat dia tumbuh besar dan dewasa aja, sedari dini anak juga bisa bersikap tertutup dan gak mau dekat sama orang tuanya. Menurut Gracia Ivonika, M. Psi, psikolog, pola komunikasi yang buruk antara anak dan orang tua gak bisa jadi faktor yang diabaikan.
“Jika di keluarga Anda terbiasa saling mendengarkan, terbuka, berdiskusi, umumnya anak akan selalu mendengar,” ucapnya seperti dikutip Klikdokter.
Dari situ kita bisa menilai bahwa sebenarnya jarak yang terjadi antara orang tua dan anak itu ada penyebabnya. Secara gak sadar ada sikap kita yang bikin si Kecil jadi gak nyaman, makanya dia menjaga jarak dan menjauh dari orang tuanya.
Parents, berikut ini penyebab yang bikin anak jadi gak kepingin deket sama orang tuanya. Dengan mengetahui pemicunya, maka kita bisa mencegah hal ini terjadi pada kita dan si Kecil 🙂
Berbicara tanpa melihat kondisi anak
Saat mau menyampaikan suatu hal pada si Kecil, pastikan anak sudah siap dan gak terdistraksi. Kalau dia lagi ngelakuin sesuatu, minta ia untuk berhenti sebentar lalu mendengarkan kita orang tuanya.
Bisa jadi anak sedang ngelakuin sesuatu yang disenanginya saat kita mau ajak bicara. Jadi perhatikan dulu kondisinya, jangan lupa untuk melakukan kontak mata saat berbicara sama si Kecil. Rasanya cara ini lebih baik ya, dibanding kita langsung meneriaki dan menghakiminya karena dianggap gak mau mendengarkan kita.
Sering menggunakan nada tinggi
Mungkin aja sebagian orang tua terkadang memilih nada tinggi untuk memanggil, menegur, atau hanya untuk mengajak anaknya berbicara. Tindakan ini dianggap akan lebih didengar si Kecil dibanding kita menggunakan nada pelan.
Salah besar ya, Parents. Ini gak akan mengubahnya menjadi lebih baik apalagi jadi lebih mendengarkan orang tuanya. Cobalah menjelaskan apa yang ingin kita sampaikan dengan suara yang jelas dengan nada suara yang normal.
Berteriak pada anak hanya membuatnya merasa gak nyaman pada orang tuanya. Lagi pula, sikap ini bisa ditiru oleh si Kecil, lho. Ia jadi terbiasa ingin berteriak saat merespons orang tuanya.
Jarang membangun quality time
Menurut penelitian, memiliki waktu berkualitas dengan anak sangat efektif dibanding memikirkan kuantitasnya. Ikatan anak dengan orang tua bisa dibangun semenjak balita, kita bisa memulainya dengan melibatkan kegiatan bersama.
Misalnya bermain boneka bersama, membaca buku bersama, dan lainnya. Meski begitu, kita juga perlu memberikan waktu sendiri untuk si Kecil. Terlalu sibuk atau terlalu sering hadir juga dapat membuat anak susah dekat dengan orang tuanya.
Reaksi berlebihan saat anak membuat kesalahan
Punya aturan itu penting tapi kalau terlalu banyak aturan bisa menyebabkan keretakan dalam hubungan orang tua-anak. Apalagi kalau kita bereaksi berlebihan yang terus-menerus terhadap kesalahan kecil anak. Pastinya lama-kelamaan ini akan membuat anak jadi gak nyaman.
Kuncinya ketika anak melakukan kesalahan, kita perlu mengendalikan reaksi dan menyampaikannya dengan cara yang tepat sekaligus hindari reaksi yang negatif.
Pola asuh yang berlebihan
Pastinya sebagai orang tua kita ingin yang terbaik untuk si Kecil, namun kalau ini jadi terlalu berlebihan maka kita bisa membuat anak merasa gak nyaman dengan orang tuanya. Kalau kita sudah berlebihan maka dapat timbul sikap overprotektif, terlalu memanjakan anak, dan selalu ingin terlibat dalam setiap kegiatan anak.
Hal tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak, mempengaruhi tingkat kepercayaan dirinya, sehingga ini dapat berpengaruh terhadap kedekatannya dengan orang tuanya.
Parents, setuju gak sama penjelasan di atas? Iya ‘kan, kalau orang tua terlalu protektif terus suka teriak pasti rasanya gak pengin deh deket-deket karena ada aja hal yang bikin bete. Huhu, begitu juga dengan si Kecil bila kita berlaku demikian.
Kalau gitu, kita belajar lagi untuk menjadi orang tua yang nyaman didekati Si Kecil. Meski ia sudah tumbuh besar dan dewasa, kita tetap jadi tempat ternyaman untuk anak 🙂