Parents, setiap orang memiliki aib termasuk dengan anak kita. Bayangin, kita aja sedih dan sakit banget kalau hal yang bikin kita malu diceritain ke orang lain. Apalagi kalau itu dilakukan oleh orang tua sendiri, pasti rasa sakitnya lebih dalam.
Mengumbar atau menceritakan kesalahan, kekeliruan, dan hal lainnya yang membuat anak malu itu termasuk perbuatan mengumbar aib anak. Rasa sakit yang dirasakan si Kecil kelak akan menjadi luka batin masa kecil sehingga mempengaruhi sikapnya nanti.
Untuk memutus lingkaran buruk ini dalam pola asuh, mari kita pelajari hal apa saja yang sebenarnya mengumbar aib si Kecil. Kita pelajari sama-sama ya, Parents.
Menceritakan sikap buruk anak
Parents, kerap kali anak berperilaku menantang yang membuat kita kesal dan jengkel. Bukan berarti kita bisa menceritakan itu ke semua orang termasuk anggota keluarga. Terkadang anak juga gak sengaja melakukan hal yang kurang benar, bisa jadi karena dia belum paham dan belum mengerti.
Dibanding kita menceritakan aib anak dengan kejelekan sikapnya, sebaiknya kita berikan arahan dan aturan pada si Kecil. Tanyakan saja, apa yang membuatnya bisa bersikap seperti itu, bisa jadi penyebabnya karena diri kita sendiri.
“Ayah, si Kakak kerjaannya bikin adik nangis melulu, tuh.”
“Aduh, tembok rumah saya kotor banget gara-gara suka dicoretin sama anak.”
“Nenek, liat deh si Adik kalau di rumah kerjaannya bongkar mainan bikin rumah jadi berantakan terus kayak gitu.”
Menertawakan dan mengumbar kesalahan anak
Anak-anak itu banyak banget tahapan belajarnya, termasuk kita yang dewasa juga masih perlu banyak belajar. Biasanya ‘kan anak-anak mulai belajar tahap toilet training, mandiri dalam beberapa hal misalnya makan sendiri, atau mulai membantu pekerjaan rumah.
Tentunya anak gak langsung ke hasil perfect dalam belajar meningkatkan kemampuan. Ada sesuatu yang salah atau kurang, itulah proses belajar untuk mencapai hasil yang baik. Namun bukan berarti itu menjadi sasaran empuk untuk dibicarakan ke banyak orang.
“Tante, tahu nggak, masa si Kakak nilai matematikanya 0. Payah ya.. Hahaha.”
“Kakek lihat deh, adik masih suka ngompol. Jorok banget.”
“Kakak tuh kalau nyapu gak bersih, Nek. Nyapu aja gak bisa apalagi bersihin rumah.”
Mempermalukan anak di depan umum
Saat dibawa pergi jalan, terkadang ada aja tingkah anak yang membuat kita emosi. Misalnya seperti gak sengaja menumpahkan minum, menginginkan mainan mahal, gak bisa duduk diam, dan hal lainnya.
Hal yang sebaiknya kita lakukan adalah mengatur napas dan menangani si Kecil dengan tepat. Gak perlu teriak-teriak dan memarahinya di depan umum, tentu itu membuatnya malu dan rendah diri.
“Kakak! Kamu itu bikin malu aja deh! Udah besok gak usah ikut pergi lagi.”
“Adik ini kayak gak punya aturan ya! Norak banget gak bisa diem, diliatin orang banyak tuh!”
“Gak usah nangis-nangis, cengeng! Bukan anak ibu sama ayah ya, kamu!”
Parents, anak yang tadinya sedang berusaha menjadi lebih baik dan ingin mendapatkan perhatian dari orang tuanya jadi mengamini apa yang dikatakan ayah dan ibunya. Ia merasa apa yang dikatakan orang tuanya pada orang lain adalah hal yang benar.
“Iya aku emang gak bisa apa-apa. Aku kayaknya gak pantas jadi anak ayah-ibu. Aku gak bisa bikin mereka bangga sama aku.” Sedih banget ya ngebayanginnya, kebayang sakit hatinya kayak apa.
Diomongin buruk di belakang aja rasanya gak enak banget, apalagi di depan. Kita sering kali menginginkan anak yang berbakti dan bisa menghormati orang tuanya. Tapi bagaimana caranya kalau kita justru sering mempermalukan anak di depan orang lain.
Jangan malu untuk meminta maaf ke anak atas kesalahan kita. Yuk, kita belajar menjadi orang tua yang lebih baik lagi. Kasih sayang si Kecil pada orang tuanya juga gak kalah besar dia akan tetap menyayangi, memuji, dan menghormati ayah dan ibunya 🙂