Parents, tahu nggak faking orgasm itu apa? Berpura-pura mencapai klimaks padahal belummm. Tujuan setiap orang mau melakukan ini beda-beda. Ada yang supaya bisa cepet selesai, biar gak ngecewain pasangan, atau sebenernya emang gak puas.
Dikutip Everyday Health, dalam penelitian Journal of Sex Research, 50 persen perempuan dan 25 persen lelaki mengaku melakukan faking orgasm saat bercinta. Kebiasaan ini bisa berakibat buruk pada hubungan, pastinya menurunkan kualitas hubungan intim.
Komunikasi itu nggak hanya pada saat diskusi di meja makan atau sambil nonton, di ranjang juga perlu banget. Bisa aja ‘kan bilang, “Aku maunya disentuh bagian ini biar makin terangsang.” Ya, kan?
Jadi sebaiknya buat yang suka faking orgasm, segera dihentikan yaa. Buat yang belum pernah juga sebaiknya jangan coba-coba. Berikut alasan kenapa Parents harus menghindari kebiasaan faking orgasm.
Kesulitan dalam mencapai orgasme yang sesungguhnya
Saat kita ingin mencapai orgasme yang sesungguhnya, justru akan terasa sulit karena tubuh kita terbiasa dengan berpura-pura puas. Menurut terapis seksl asal New York, AS, Gracie Landes, terputusnya sensasi dan persepsi tubuh akan membuat orgasme lebih sulit dicapai karena perlu lebih fokus untuk mencapai klimaks.
Memutus koneksi dengan pasangan
Orgasme ngga hanya terasa nikmat secara fisik tapi juga membantu meningkatkan kualitas hubungan. Sebuah studi 2014 dalam jurnal Communication Monographs menemukan, orang yang mengalami orgasme akan lebih terbuka pada pasangannya.
Setelah bercinta, pasangan akan merasa terikat dengan kita. Ini mungkin dikarenakan pelepasan hormon cinta atau oksitosin yang membantu menjalin ikatan dengan pasangan.
Pasangan nggak memercayai kita
Ternyata, pasangan bisa tahu lho, kalau kita berpura-pura mencapai klimaks atau orgasme. Namun mereka lebih memilih diam aja, hal ini menyebabkan kurangnya kepercayaan dalam hubungan. Ingat, dalam bercinta kita ingin menyenangkan pasangan, bukan berpura-pura merasa senang.
Kemungkinan, pasangan akan ikut berpura-pura puas
Kita tahunya kalau faking orgasm itu dilakuin sama perempuan, namun sebuah penelitian dalan jurnal ‘Sexual and Relationship Therapy’ nemenukan, 25 persen lelaki memalsukan dari waktu.
Peneliti menduga, lelaki merasa tertekan untuk orgasme agar hubungan seksual berakhir. Bisa jadi ini dilakukan untuk menyenangkan pasangan karena ingin hubungan seks segera selesai.
Nah, Parents, jadi nggak ada untungnya ‘kan ngelakuin orgasme palsu. Lebih baik kita jujur dan terbuka sama pasangan misalnya soal titik sensitif, bagian tubuh yang ingin disentuh, dll. Dengan begitu, bercinta akan jadi lebih nikmat dan saling memuaskan.