Menikah lagi setelah bercerai bukan suatu hal yang salah, kok. Asalkan kita melakukannya bukan karena ego ataupun ‘mengejar target’, karena banyak sekali hal yang perlu dipertimbangkan terutama bagi yang sudah memiliki anak.
Dari penjelasan psikolog Ega Alfath, M.Psi, terdapat 7 hal yang butuh kita pikirkan lagi sebelum kembali membangun rumah tangga usai bercerai. Di mulai dari diri sendiri, masa lalu, pasangan, sampai ke pengasuhan anak.
Bumin Nucha ngerti, nggak mudah untuk kembali membangun rumah tangga. Apalagi kalau sebelumnya pernah gagal, tentu ada ketakutan tersendiri yang kita rasakan. Namun di balik itu, kita juga sudah memiliki orang yang kita sayang dan berniat ke jenjang yang lebih serius.
Untuk Parents yang sedang memikirkan pernikahan kedua, berikut hal-hal yang harus dipikirkan terlebih dahulu sebelum menikah lagi setelah bercerai, berdasarkan penjelasan psikolog Ega Alfath.
Melepaskan “cengkeram” dari pernikahan sebelumnya
Pastikan kita sudah selesai dengan emosi negatif yang dihadirkan oleh konflik dalam pernikahan sebelumnya dan proses perceraian. Kita sudah nggak merasa sedih lagi terhadap pernikahan yang kandas, nggak ada kekecewaan, dan kebencian terhadap mantan pasangan kita.
Benar-benar udah nggak ada lagi emosi negatif yang mengganggu diri kita. Semuanya udah selesai, perasaan kita sudah netral, dan siap memulai lembaran baru tanpa melihat lagi ke belakang.
Sudah nggak ada lagi ‘Blame Game’
Mungkin saat rumah tangga gagal, kita banyak menyalahkan segala hal. Merasa bersalah karena diri sendiri, mantan pasangan, atau orang lain yang menjadi kegagalan pernikahan sebelumnya.
Kita benar-benar sudah berdamai dengan masa lalu, nggak ada lagi kebencian apalagi masih menyalahkan keadaan atau pihak manapun.
Menerima pelajaran dari pernikahan sebelumnya
Apa yang terjadi di masa lalu, membuat kita menjadi lebih tahu relasi seperti apa yang bisa kita jalani dan tidak. Hal apa yang kita bisa antisipasi dalam relasi dan apa yang perlu dibenahi dalam diri kita.
Dengan begitu, kita bisa kembali memulai hidup dengan diri kita yang baru, yang menerima dan belajar dari kesalahan yang lalu.
Mampu memberi dan menerima
Kita sudah mampu merawat dan memenuhi kebutuhan diri kita sendiri, artinya kita nggak berada di kondisi yang membuat kita enggan untuk merawat diri. Misalnya putus asa ataupun depresi, selain itu kita juga nggak sangat bergantung pada orang lain karena sudah bisa memenuhi kebutuhan sendiri.
Lalu kita sudah merasa mampu untuk peduli pada orang terdekat dan menerima kepedulian atau kasih sayang dari mereka. Ini berarti kita nggak hanya memikirkan diri sendiri, tapi kita sudah bisa berupaya memberikan kehidupan yang harmonis.
Menikah kembali karena kita menginginkannya
Kita menikah lagi karena kita mencintainya, kita membutuhkannya, dan secara sadar tahu pertimbangan logis tentang apa yang akan kita hadapi ke depannya. Jangan menikah karena adanya tuntutan sosial, keterpaksaan, atau karena gairah seksual semata. Pernikahan bisa menjadi hal yang sulit dijalani, alasan pernikahan yang dangkal akan membuat kita lebih sulit untuk memelihara pernikahan selanjutnya.
Memulai pola baru dalam relasi
Seharusnya kita udah nggak lagi terjebak dalam pola relasi yang bermasalah di masa lalu. Saat membangun hubungan lagi, kita dan pasangan baru mampu mendiskusikan banyak hal. Seperti menyelesaikan konflik, membuat strategi bersama untuk menyelesaikan masalah, dan menjaga kualitas kebersamaan.
Pasangan baru yang bisa menerima dan menyayangi anak kita
Pasangan baru mampu menjalani perannya sebagai Ayah atau Ibu bagi anak Si Kecil. Kita dan pasangan baru mempunyai tujuan dan nilai pengasuhan yang sejalan. Demikian sebaliknya, anak juga sudah kenal dan merasa nyaman dengan pasangan baru kita.
Dilihat dari hal yang harus dipertimbangkan untuk menikah lagi, menurut psikolog, banyak sekali aspek yang harus dimulai dari diri kita sendiri terlebih dahulu. Di antaranya seperti mengambil banyak pelajaran, menerima diri sendiri apa adanya, dan mulai bisa memberikan perhatian pada orang lain.
Pastikan lagi bahwa diri kita sudah benar-benar sembuh dan selesai dari luka masa lalu. Nggak kalah penting, merasa yakin dengan pasangan kita untuk membangun rumah tangga yang lebih baik lagi dan mencintai Si Kecil dengan tulus.