Penyakit depresi sudah nggak asing lagi kita dengar. Beruntungnya sekarang sudah mulai banyak orang yang memahami isu kesehatan mental ini. Meski begitu, nggak semua orang yang mengalami depresi bisa mudah datang ke psikolog atau psikiater untuk mengobati keluhannya.
Untuk sebagian orang, mereka menyembuhkan depresi itu dengan sendirinya tanpa pemeriksaan ke pakar. Entah itu karena kurangnya informasi atau akses yang masih terbatas untuk berobat penyakit gangguan mental ini.
Depresi sendiri memiliki gejala seperti merasa cemas atau sedih berkepanjangan, nggak merasa berharga, dibebani rasa bersalah sampai merasakan penyesalan yang dalam. Termasuk kehilangan minat terhadap hobi yang sebelumnya disukai.
Ngomongin depresi, Bumin Nucha Bachri jadi penasaran juga. Mungkin kita pernah mengalami hal-hal seperti gejala depresi tadi, namun kita bisa melewatinya tanpa melakukan konsultasi ke psikolog.
Sehingga ini menjadi pertanyaan Bumin, apakah sebenarnya kita bisa sembuh sendiri dari depresi tanpa ke psikolog? Misalnya hanya berpegang pada istilah “Waktu yang menyembuhkan segalanya.” atau “Kesabaran yang akan menjawab semuanya.” Setelah itu, kita benar-benar sembuh dari gangguan mental tersebut.
Untuk menjawab rasa penasaran, Bumin mencari tahu penjelasannya melalui psikolog Rekti Oktania, M.Psi. Yuk, simak obrolannya.
Hai Mbak Reti, Bumin mau tanya, kenapa ya ada orang yang mengalami gejala depresi tapi bisa sembuh tanpa berkonsultasi ke psikolog?
Hai Bumin, saya jawab yaa.. Jadi ada yang namanya resilience, kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian atau masalah berat yang terjadi. Resiliensi ini ada dua teorinya, ada orang yang memang punya resiliensi tinggi, ada juga yang nggak terlalu tinggi.
Resiliensi ini bisa dipelajari kok, jadi kalau misalnya kita terlahir dengan resiliensi yang nggak terlalu baik, kita bisa belajar. Saat kita stres atau kesehatan mental sedang kena hantam, kalau punya resiliensi yang baik kita bisa bounce back, bisa bangkit lagi. Ini bisa kita dapat lewat terapi psikolog, memaknai sama apa yang terjadi pada diri kita dengan bantuan psikolog, psikiater, ataupun terapis.
Jadi untuk memiliki resiliensi yang baik sebaiknya dengan bantuan psikolog ya, Mbak?
Bukan hanya dengan cara itu, ada juga dengan cara-cara yang lain. Walaupun mungkin, nggak setuntas atau terstruktur seperti dibantu psikolog dan psikiater, ya. Resiliensi orang bisa berbeda, salah satunya yang terjadi di Indonesia, fenomenanya adalah resiliensi yang dibantu dengan rasa pasrah terhadap supranatural misalnya sama Tuhan dan agama.
Jadi dia pasrahkan apa yang terjadi sama Tuhan, misal pasangannya meninggal dalam kecelakaan dan segala macam tapi dia bisa ikhlas dan move on. Jadi bisa diupayakan dengan segala banyak cara, walaupun kalau pakai psikolog dan psikiatris itu lebih terstruktur.
Lalu ada juga yang memproses kenapa hal ini bisa terjadi, apa maknanya untuk saya, apa yang bisa dilakukan kedepannya. Jadi proses seperti itu kita bisa move on dengan sendirinya.
Lalu, kenapa dengan psikolog penyembuhannya bisa lebih terstruktur?
Kalau kita nggak melewati tahap proses penyembuhan itu, bisa jadi depresinya hilang tapi kita repress. Dipendam dan nanti bisa timbul dalam bentuk permasalahan lain. Contohnya begini:
Saat kecil kita biasa mendapat perlakuan kasar dari orang tua. Terus kita nggak kenal psikolog atau psikiatris, bisa jadi mungkin kita nggak menangis lagi kalau ingat orang tua mukulin kita. Tapi, kita keluarnya jadi kasar juga sama anak, kalau bukan sama anak, jadi takut sama lelaki.
Contoh lainnya, nggak berani ngomong di publik karena orang tua bilang nggak boleh banyak ngomong. Jadi ada implikasinya di masa yang akan datang tanpa kita sadari. Kita ngerasanya survive dari orang tua yang kasar, tapi sebenarnya ada implikasi yang kita nggak sadari.
Parents, itulah percakapan Bumin dan Mbak Reti mengenai depresi yang bisa disembuhkan dengan sendirinya. Meski singkat, tapi bisa menjawab rasa penasaran yaaa, memang kita bisa menyembuhkan depresi dengan keyakinan spiritual.
Walau begitu, Mbak Reti tetap menyarankan kita untuk nggak ragu berkonsultasi pada psikolog demi membantu kemampuan resiliensi kita. Jangan sampai rasa sakitnya sembuh tapi justru malah memberikan dampak pada orang lain.
Bagi Parents yang ingin melakukan konsultasi dengan psikolog atau psikiater, Parents bisa menggunakan telemedicine, melalui layanan BPJS, atau berkonsultasi langsung dengan psikolog pilihan Parents.