Parents, selama ini pola pengasuhan kerap menjadi hal yang mudah sekali untuk diperdebatkan.
Perdebatan yang kerap terjadi dikarenakan oleh dua generasi yang berbeda. Seperti generasi kita sekarang ini dan generasi orang tua kita.
Anak kita atau cucu mereka menjadi objek perdebatannya. Pola pengasuhan kita kerap dianggap tidak cocok atau bahkan tidak benar oleh generasi orang tua kita.
Well, jika Parents kerap mengalami debat tentang pola pengasuhan, hal ini cukup wajar karena anak kita sekarang berada di zaman yang cukup berbeda dengan zaman kita kecil atau saat orang tua kita mengasuh.
Pola pengasuhan atau gaya parenting yang kerap dipertanyakan adalah gentle parenting. Gaya pengasuhan ini kerap dianggap akan membuat anak jadi ‘lembek’.
Padahal tidak sama sekali.
Orangtua yang menerapkan gentle parenting suka dianggap tidak tegas dan tidak disiplin dalam mengasuh anak. Mereka yang menganggap seperti ini menilai anak tidak akan bisa bersaing di masa depannya.
Tidak karena nama istilah gentle parenting lalu semuanya jadi lembut. Disiplin dan ketegasan tetap ada. Namun, bentuknya saja yang berbeda dengan bentuk disiplin dan ketegasan yang orangtua kita tahu sebelumnya.
Dilansir dari Kompas, setidaknya ada tiga mitos tentang gentle parenting yang terbukti tidak benar. Mitos-mitos tersebut adalah:
1. Lawn Mower Parents
Secara harfiah, mungkin akan berarti orangtua pemotong rumput. Menurut Forbes, lawn mower parents adalah orangtua yang kerap ‘memotong’ setiap rintangan yang akan dihadapi oleh anak.
Orangtua pemotong rumput ini akan membuat perjalanan anaknya ‘mulus’.
Padahal tidak seperti ini. Gentle parenting bukan berarti membuat anak tidak merasakan halang rintang seperti pada tumbuh kembang kita saat dulu masih anak-anak.
Gentle parenting hanya memberikan ‘jaring pengaman’. Misalnya, saat anak belajar naik sepeda. Awalnya, tentu orangtua akan memegangi sepeda yang sedang dikayuh oleh anak. Saat sudah lancar, tentu akan dilepas.
Jika anak jatuh, tidak lantas dimarahi karena tidak mahir atau tidak berhati-hati. Tetapi lebih ke mendukungnya untuk mencoba lagi. Tanpa menjustifikasi apapun atau siapapun.
2. Pola Asuh Permisif
Tahun 2022 lalu, ada sebuah studi yang bertajuk “Types of Parenting Styles and Effects on Children” menunjukan bahwa gentle parenting kerap membuat anak kurang bimbingan sehingga sulit mengatur dirinya sendiri.
Contoh kasusnya adalah saat anak tantrum di tempat umum. Gentle parenting mempunyai cara tersendiri untuk mengatasi anak tantrum. Cara ini diyakini bisa membuat anak sadar dari dalam dirinya bahwa apa yang mereka lakukan (tantrum) adalah hal yang tidak berguna.
Tetapi, cara gentle parenting membuat tantrum menjadi momen untuk mengajar anak mengatur emosi. Walau memang terlihat seperti mendiamkan saja, tetapi sesudahnya, anak diajari bagaimana harusnya ia mengatur energi emosi tersebut.
Sehingga, jika gentle parenting dianggap permisif, rasanya tidak.
3. Pengasuhan yang Tidak Campur Tangan
Gentle parenting kerap dianggap tidak tegas karena orangtua seperti tidak memedulikan anak. Kenyataannya tidak begitu.
Gentle parenting tetap membuat anak merasa didukung, 100%. Tetapi, orangtua yang menerapkan gaya pengasuhan ini juga berusaha membuat anak nyaman tanpa kehadiran orangtua yang sifatnya monitoring ketat.
Gaya pengasuhan gentle parenting memperlakukan anak setara. Akan tetapi, tetap tidak menghilangkan nilai-nilai saling menghormati, menghargai, mengerti dan empati.
Parents, dari tiga hal di atas – maka mitos tentang gentle parenting tidak terbukti benar.
Setiap pola pengasuhan mempunyai kekurangan dan kelebihan. Ini tinggal bagaimana Parents melihat dan menerapkan mana yang cocok untuk keluarga dan anak-anak.
Tidak semua hal yang dinilai baik oleh semua orang, bisa cocok dengan kita dan keluarga. Terkadang malah tidak cocok sama sekali.
Sehingga, penting sekali untuk mengetahui lebih dulu bagaimana kondisi pasangan, anak-anak dan lingkungan rumah untuk menerapkan gaya parenting.