Kita sudah sama-sama mengetahui kalau tumbuh kembang anak adalah hal yang sangat penting, terlebih saat anak berada di usia dini, momen keemasannya harus dijaga dan diisi dengan baik.
Halo, Parents! Apa kabar hari ini? Semoga semuanya sehat-sehat saja, dan bagi yang menjalankan ibadah puasa, semoga perjalanan ibadahnya lancar, ya.
Well, dari prolog singkat di atas, sepertinya sudah ketahuan ya kita akan membahas apa? Betul sekali, Parents – kita akan bahas tumbuh kembang anak lebih dalam. Mendalami bagian ini, setidaknya ada tiga faktor yang ternyata begitu memengaruhi perkembangan anak.
3 Faktor yang Pengaruhi Tumbuh Kembang Anak
1. Kualitas Asupan Gizi Anak
Kita semua setuju bahwa anak pada usia 0-3 tahun mempunyai aspek penting yang harus diperhatikan dengan seksama, yaitu kesehatan dan asupan gizinya. Asupan gizi jelas sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya.
Pada tahun 2016, salah satu jurnal terkenal yaitu The Lancet dalam berbagai rangkaian riset yang sudah dilakukan, menyatakan bahwa gizi yang lengkap serta berkualitas dapat meningkatkan kesejahteraan anak saat dewasa nanti – termasuk akan berpengaruh ke pendapatan dan capaian belajar.
Mungkin lebih dulu ke capaian belajar dulu ya, Parents. Kita juga paham bahwa pemenuhan gizi yang baik, jelas nanti akan memengaruhi perkembangan capaian belajarnya, karena otak anak mendapat gizi yang tepat, sehingga bisa berkembang dengan pesat.
Akan tetapi, di Indonesia khususnya – ada satu rintangan besar yang harus dilewati bersama terkait kualitas atau pemenuhan asupan gizi anak. Stunting, adalah rintangan yang dimaksud – Laporan Nutrisi Global menyebutkan adanya penurunan angka stunting pada balita di Indonesia.
Namun sayangnya, angka ini terlihat bagus di nasional namun tidak merata pada daerah. Banyak sekali hal yang sudah dilakukan untuk mengatasi stunting di Indonesia. Akan tetapi, effort yang dilakukan harusnya secara masif karena stunting adalah masalah yang kompleks.
Tidak hanya terkait dengan suplai makanan atau pangan, masalah stunting juga berkaitan dengan kualitas air bersih dan sanitasi, akses transportasi – sampai ke komitmen pemerintah desa. Kompleksitas yang tinggi, membuat stunting semakin menjadi momok yang berat tapi rasional untuk tetap dibereskan dengan tepat.
2. Gaya Parenting Juga Menentukan
Berbagai instansi pemerintah maupun lembaga non-pemerintah atau NGO terus berupaya mengembangkan berbagai strategi dalam bentuk program yang taktis untuk meningkatkan kualitas pengasuhan orang tua di Indonesia.
Parents, kita pun sudah sama-sama mengetahui dengan jelas bahwa gaya parenting atau gaya pengasuhan orang tua adalah salah satu hal yang fundamental. Begitu berpengaruh untuk tumbuh kembang anak, terlebih di masa keemasannya – dan hal ini, jelas akan juga berpengaruh untuk masa dewasa anak tersebut.
Di waktu yang sudah hampir penuh dioperasikan dengan teknologi, belajar dan mendapatkan pengetahuan tentang parenting bukan hal lagi hal yang sulit. Internet dan gawai terkini menjadi salah satu modal yang sudah dimiliki banyak orang, sehingga – tidak lagi ada alasan untuk tidak bisa belajar.
Hal ini selaras dengan berbagai program strategis yang dilakukan oleh banyak pihak, sehingga kita sebagai orang tua, tinggal pilih mau lewat mana untuk belajar parenting.
Mungkin Parents juga bertanya-tanya, bagaimana sih sebenarnya parenting yang tepat? Atau sebagian bertanya bahwa parenting zaman dulu apakah masih bisa diterapkan ke generasi muda ini?
Satu hal yang penting dari parenting adalah kita sebagai orang tua mesti jadi contoh untuk anak-anak ya, parents. Sehingga, untuk jawaban dari pertanyaan atau keresahan yang sudah disebutkan sebelumnya adalah idealnya tetap bisa ambil sisi positif atau sisi baik yang sesuai dengan perkembangan zaman.
3. Sistem PAUD Mesti Berbenah
Nah, yang terakhir adalah soal sistem PAUD di Indonesia. PAUD sebenarnya dirancang untuk anak usia 0-6 tahun. Bentuknya bisa formal seperti Taman Kanak-Kanak atau non-formal seperti Kelompok Bermain.
Sayangnya, sistem PAUD di Indonesia masih belum optimal, di mana dari segi akses, kualitas, pendanaan, sampai ke berbagai sumber daya terkait masih belum bisa dimaksimalkan dengan tepat.
Salah satu hal yang mesti diperhatikan dengan seksama adalah tenaga pengajar. Dari UNICEF, sekitar 32% tenaga pengajar PAUD yang berasal dari sarjana pendidikan dan 68% berasal dari lulusan SMA.
Bukan berarti underestimate sebuah lulusan – tetapi, hal ini menyangkut kualitas pendidikan yang diterapkan di dalam PAUD tersebut. Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa anak usia dini adalah momen keemasannya untuk bertumbuh kembang dengan optimal.
Ironinya lagi – sekitar 80% PAUD di Indonesia tidak memegang akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional. Hal ini tentu menjadi sebuah pertanyaan besar terkait penjaminan mutu untuk pendidikan anak usia dini.
Parents, masih banyak hal yang perlu dibenahi untuk mewujudkan tumbuh kembang anak usia dini yang optimal. Namun, hal ini perlu dilakukan bersama-sama, sehingga pergerakan yang masif dan penuh dengan kesadaran, akan mendapatkan tujuan yang sama.